Kamis, 05 Juli 2007
Terus terang, meski sudah beberapa kali mengadakan penelitian Kriminal diLP, pengalaman kali ini adalah pengalaman pertama saya ngobrol langsungdengan seseorang yang didakwa kasus pembunuhan berencana. Dengan jantung dagdig dug, pikiran saya melayang-layang mengira-ngira gambaran orang yang akansaya temui. Sudah terb! ayang muka keji hanibal lecter, juga penjahat-penjahatberjenggot palsu ala sinetron, dan gambaran-gambaran pembunuh berdarahdingin lain yang sering saya temui di cerita TV.>> Well, akhirnya setelah menunggu sekian lama berharap-harap cemas, salahsatu sipir membawa seorang anak kehadapan saya.Yup, benar seorang anakberumur 8 tahun. Tingginya tidak lebih dari pinggang orang dewasa denganwajah yang diliputi senyum malu-malu. Matanya teduh dengan gerak-gerik yangsopan.>> Saya pun membaca berkas kasusnya yang diserahkan oleh sipir itu. Sebelummasuk penjara ternyata ia adalah juara kelas di sekolahnya, juaramenggambar, jago bermain suling, juara mengaji dan azan di tingkatkanak-kanak. Kemampuan berhitungnya lumayan menonjol. Bahkan dari baliksekolah di dalam penjara pun nilai sekolahnya tercatat kedua terbesartingkat provinsi. Lantas kenapa ia sampai membunuh? Dengan rencana pula?>> Kasus ini terjadi ketika Arif sebut saja nama anak ini begitu, belum genapberusia tujuh tahun. Ayahnya yang berdagang di sebuah pasar di daerahbekasi, dihabisi kepala preman yang menguasai daerah itu. Latar belakangnyakarena si ayah enggan membayar uang 'keamanan' yang begitu tinggi. Beritaini rupanya sampai di telinga Arif. Malam esok harinya setelah ayahnyadikebumikan ia mendatangi tempat mangkal preman tersebut. Bermodalkan pisaudapur ia menantang orang yang membunuh ayahnya.>> "siapa yang bunuh ayah saya!" teriaknya kepada orang yang ada di tempatitu.>> "Gue terus kenapa?" ujar kepala preman yang membunuh ayahnya sambildisambut gelak tawa di belakangnya.>> Tanpa banyak bicara anak kecil itu sambil melompat menghunuskan pisau keperut si preman. Dan tepat mengenai ulu hatinya, pria berbadan besar itujatuh tersungkur ke tanah. Arif pun langsung lari pulang ke rumahsetelahnya. Akhirnya selesai sholat subuh esok paginya ia digelandang kekantor polisi.>> "Arif nih sering bikin repot petugas di Lapas!" ujar kepala lapas yangikut menemani saya mewawancarai arif sambil tersenyum. Ternyata sejak dipenjara dua tahun lalu. Anak ini sudah tiga kali melarikan diri dariselnya. Dan caranya pun menurut saya tergolong ajaib.>> Pelarian pertama dilakukannya dengan cara yang tak terpikirkan siapapun.Setiap pagi sampah-sampah dari Lapas itu di jemput oleh mobil kebersihan.Sadar akan hal ini, diam-diam Arif menyelinap ke dalam salah satu kantungsampah. Hasilnya 1-0 untuk Arif. Ia berhasil keluar dari penjara.>> Pelarian kedua lebih kreatif lagi. Anak yang doyan baca ini pernah membacaartikel tentang fermentasi makanan tape (ingat loh waktu wawancara usianyabaru 8 tahun). Dari situ ia mendapat informasi bahwa tape mengandung hawapanas yang bersifat destruktif terhadap benda keras. Kebetulan pula di Lapasanak ini disediakan tape uli dua kali dalam seminggu. Setiap disediakantape, arif selalu berpuasa karena jatah tape itu dibalurkannya ke dindingtembok sel tahanannya. Hasilnya setelah empat bulan, tembok penjara itumenjadi lunak seperti tanah liat. Satu buah lubang berhasil dibuatnya. 2-0untuk arif. Ia keluar penjara ke dua kalinya.>> Pelarian ke tiganya dilakukan ala Mission Imposible. Arif yang ditugasimembersihkan kamar mandi melihat ember sebagai sebuah solusi. Besi yangberfungsi sebagai pegangan ember itu di simpannya di dalam kamarnya. Tahubahwa dirinya sudah diawasi sangat ketat, Arif memilih tempat persembunyianpaling aman sebelum memutuskan untuk kabur. Ruang kepala Lapas menjadipilihannya. Alasannya jelas, karena tidak pernah satu pun penjaga beranimemeriksa ruangan ini. Ketika tengah malam ia menyelinap keluar denganmenggunakan besi pegangan ember untuk membuka pintu dan gembok. Jangan tanyasaya bagaimana caranya, pokoknya tahu-tahu ia sudah di luar. 3-0 untuk Arif.>> Lantas kenapa ia bisa tertangkap lagi? Rupanya kepintaran itu masih beradadi sebuah kepala bocah. Pelarian-pelarianny a didorong dari rasa kangennyaterhadap ibunya. Anak ini keluar dari penjara hanya untuk ke rumah sangibunda tercinta. Jadi dari Lapas tanggerang ia menumpang-numpang mobilomprengan dan juga berjalan kaki sekian kilometer dengan satu tujuan,pulang!>> Karena itu pula pada pelarian Arif yang ketiga, kepala Lapas yang jugaseorang ibu ini meminta anak buahnya untuk tidak segera menjemput Arif.Hasilnya dua hari kemudian Arif kembali lagi ke lapas sambil membawa suratuntuk kepala Lapas yang ditulisnya sendiri.>> Ibu kepala Arif minta maaf, tapi Arif kangen sama ibu Arif. Tulisnyasingkat.>> Seorang anak cerdas yang harus terkurung dipenjara. Tapi, saya tidaklantas berpikir bahwa ia tidak benar-benar bersalah dan harus dibebaskan.Bagaimanapun juga ia telah menghilangkan nyawa seseorang. Tapi saya hanyaberandai-andai jika saja, polisi bertindak cepat menangkap pembunuh si ayah(secepat polisi menangkap si Arif) pastinya saat ini anak pintar dan rajinitu tidak akan berada di tempat seperti ini. Dan kreativitasnya yang tinggiitu bisa berguna untuk hal yang lain. Sayangnya si Arif itu cuma anakpedagang sayur miskin sementara si preman yang dibunuhnya selalu setiamenyetor kepada pihak berwajib setempat. Itulah yang namanya keadilan!
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar